
Jakarta, suarapika.id -Beberapa waktu lalu, Ketua Umum Sinergi Nawacita Indonesia (SNCI) Dr. Suryo Amanto, MBA., MRE., diwawancarai oleh SenayanPost.com. terkait dengan adanya dukungan kelompok profesional mendukung dirinya sebagai Menteri Investasi. Selengkapnya, kami sajikan hasil wawancara tersebut:
Dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Investasi Tahun 2019 di ICE BSD, Tangerang, Banten, medio Maret 2019, Presiden Joko Widodo mengutarakan niat untuk segera membentuk Kementerian Investasi (Keminvest) pada periode kedua kepemimpinannya. Presiden menilai, keberadaan Keminvest begitu urgen untuk mempercepat pembangunan Indonesia di berbagai bidang, terutama untuk memacu nilai ekspor dan investasi agar terkerek naik secara signifikan. Jokowi berpandangan nilai ekspor dan investasi Indonesia berada di bawah negara tetangga Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam. Ia tak ingin Indonesia semakin jauh tertinggal. Usulan Presiden Jokowi membentuk Keminvest akhirnya disetujui DPR RI dalam Rapat Konsultasi Pengganti Badan Musyawarah (Bamus) DPR yang dipimpin Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad pada 8 April 2021. Bersamaan dengan persetujuan DPR RI tentang pembentukan Keminvest, berhembus isu reshuffle kabinet. Isu reshuffle kabinet semakin menggema menyusul Istana memberi sinyal reshuffle. Bermunculan nama-nama tokoh dari partai politik, organisasi kemasyarakatan, dan profesional yang diusulkan berbagai pihak untuk memimpin Keminvest. Para ahli dan pengamat ekonomi mengingatkan Presiden agar tidak salah pilih calon Menteri Investasi (Meninvest), dan menyarankan Presiden agar Keminvest dipimpin oleh figur profesional dan berpengalaman di dunia investasi, serta memiliki nasionalisme tinggi.
Kalangan profesional, ilmuwan, guru besar, ekonom dan praktisi pembangunan yang terhimpun dalam wadah Sinergi Nawa Cita Indonesia (SNCI) mengusulkan nama ketua umumnya, Dr. Suryo Atmanto, MBA, MRE, kepada Presiden Jokowi untuk memimpin Keminvest. Pertimbangannya, bukan semata karena kapasitas pengetahuan dan pengalaman Suryo Atmanto di dunia investasi, memimpin perusahaan investasi dan properti sebagai Direktur Utama PT Pollux Investasi Internasional dan Direktur Utama PT Pollux Properti Indonesia, lebih dari itu karena peran dan kontribusinya sebagai Ketua Umum SNCI yang telah ikut berjuang memenangkan terpilihnya Presiden Jokowi sejak periode pertama dan membantu Jokowi membangun kepercayaan investor global untuk berinvestasi di Indonesia. Suryo Atmanto sukses meraih komitmen investasi dari banyak investor global untuk pembangunan proyek-proyek strategis Indonesia. Nilainya mencapai ribuan miliar dolar. Namun sayang, ketika komitmen investasi hendak direalisasikan selalu berbenturan dengan kekuatan politik yang menguasai kabinet. Karena itu, profesional SNCI berpandangan jalan terbaik untuk merealisasikan komitmen investasi hasil perjuangan SNCI adalah dengan mengusulkan kepada Presiden Jokowi agar Keminvest dipimpin Suryo Atmanto.
Bagaimana tanggapan Dr. Suryo Atmanto, MBA, MRE tentang namanya yang diusulkan kalangan profesional sebagai Meninvest, serta pandangan dan kesiapannya jika diberi amanah memimpin Keminvest? Berikut petikan wawancara Wakil Pemimpin Redaksi SenayanPost.com Zulfikar Fuad di sela-sela berbuka puasa di Jakarta, Selasa (20/4/2021).
Nama Anda diusulkan para profesional, ekonom dan praktisi pembangunan sebagai Menteri Investasi, tanggapan Anda?
Pertama, saya ucapkan terima kasih atas atensi dan dukungan banyak pihak, terutama dari para profesional, ekonom, dan praktisi pembangunan untuk saya. Kedua, sebenarnya bukan hal baru jika nama saya muncul sebagai calon menteri kabinet pemerintahan Presiden Jokowi. Sudah sejak 2014 saya sering didorong dan diusulkan banyak pihak, terutama para profesional, ekonom, guru besar, dan praktisi pembangunan untuk membantu Presiden Jokowi sebagai Menteri. So, saya tidak suka berandai-andai. Buat saya yang penting kerja, kerja, dan kerja yang terbaik untuk membantu dan meringankan tugas Presiden Jokowi. Sekalipun saya tidak memimpin kementerian, lewat SNCI kami sudah bekerja sejak 2014 dan terus berusaha berkontribusi kepada pemerintah dengan mendatangkan banyak investor global.
Kabarnya Anda sudah berkali-kali dipanggil Presiden Jokowi dan diminta membantu Presiden sebagai menteri, tapi kemudian jelang hari H pelantikan kabinet nama Anda hilang? Apakah karena tarik-menarik kekuatan politik?
Bahwa saya dipanggil Presiden Jokowi dan diminta pandangan atau masukan untuk pembangunan Indonesia itu sering sekali sejak awal pemerintahan beliau 2014. Saya sudah ikut berjuang bersama beliau sejak Pak Jokowi Walikota Surakarta. SNCI juga sudah berkali-kali menyampaikan saran, usulan dan rekomendasi kepada Presiden. Tentang suasana politik yang terjadi setiap kali pelantikan kabinet atau reshuffle saya kurang tertarik membahasnya. Saya orang kerja, bukan orang politik praktis. Buat saya sekali lagi kerja, kerja, dan kerja. Itu sudah dan terus kami lakukan. Kita akan terus kawal dan tuntaskan program Nawa Cita Presiden Jokowi sampai akhir masa kepemimpinan beliau 2024. Termasuk menyukseskan program Kementerian Investasi dan kerja meningkatkan investasi Indonesia secara signifikan itu sebenarnya sudah kami lakukan sejak 2014.
Apa yang Anda lakukan sejak 2014 untuk meningkatkan nilai investasi Indonesia?
Saya keliling ke banyak negara ke Korea, Jepang, Swiss dan banyak negara lainnya untuk bertatap muka dengan para CEO negara-negara maju dari perusahaan investasi, transportasi, perbankan, dan lain sebagainya. Saya yakinkan para CEO tentang prospek investasi di Indonesia di bidang kelistrikan, kereta api, energi, dan banyak bidang lainnya. Saya jelaskan berbagai kebijakan dan langkah strategis Presiden Jokowi untuk menciptakan iklim investasi hingga berubah menjadi jauh lebih mudah dan penuh daya tarik. Saya paparkan bagaimana Indonesia kini disebut sebagai surga investasi yang menjanjikan. Hasilnya kita mendapat komitmen investasi dari banyak CEO yang nilainya mencapai ribuan miliar dolar.
Sejauh ini realisasi investasinya bagaimana?
Tentu tidak mudah. Karena saya bukan menteri, ya komitmen investasi dari para investor itu saya laporkan kepada Presiden Jokowi untuk selanjutnya harus saya komunikasikan dengan kementerian terkait. Kita juga berurusan dengan pemerintah daerah yang menguasai lokasi-lokasi tujuan investasi. Di sinilah proses eksekusinya berbelit dan lambat. Tidak mampu mengimbangi Presiden Jokowi yang bekerja dengan berlari. Kita tidak bisa sembunyikan fakta bahwa masing-masing kementerian dan pemerintah daerah punya kepentingan yang terkadang berbeda. Contohnya proyek kereta api Jakarta Bandung dulu gagal, terus dilanjutkan oleh investor Cina tapi gagal lagi. Harusnya terwujud, tapi kenapa tidak teralisasi? Ini sebenarnya masalah sepele. Memang secara politik ada upaya yang meghambat agar kredibilitas Presiden Jokowi diragukan. Sebenarnya sudah sejak awal semua proyek beliau dibikin begitu tapi nggak bisa-bisa. Pak Jokowi nyantai aja, walaupun pada titik-titik tertentu saya amati Pak Jokowi terkadang kewalahan. Hal-hal seperti inilah yang harus kita ambil alih. Kita urai benang kusut yang menyulitkan gerak Pak Jokowi merealisasikan program strategis beliau. Kita bantu ringankan lewat sumbang saran, pemikiran, usulan, dan rekomendasi. Itulah yang dilakukan SNCI sejak 2014 sampai dengan hari ini.
Jika Presiden Jokowi mengamini usulan para profesional dan kemudian Anda diminta menjabat Menteri Investasi, bagaimana kesiapan Anda? Apa yang akan Anda perbuat?
Sekali lagi saya ini orang kerja dan tidak suka berandai-andai. Kalau saya diminta kerja keras untuk meningkatkan nilai investasi Indonesia secara signifikan, saya akan kerahkan semua sumber daya, waktu, tenaga, dan pikiran yang terbaik berkali lipat dari sebelumnya yang sudah kami lakukan selama ini. Langkah strategisnya yang pertama dan terpenting tentu saja mensinergikan Kementerian Investasi dengan kementerian-kementerian terkait investasi, terutama Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Keuangan dan Kementerian BUMN. Sinergitas lintas kementerian sangat penting untuk mempercepat proses penerimaan dan penyerapan investasi ke berbagai sektor pembangunan yang sudah direncanakan Presiden Jokowi. Terutama 9 prioritas pembangunan yang terangkum dalam Nawa Cita. Setelah itu kita ngebut untuk realisasikan komitmen investasi yang sudah kita terima. Dan nilai investasi Indonesia terus kita tingkatkan secara signifikan, baik kuantitatif maupun kualitatif, dengan memperbanyak lobby-lobby kepada investor global. Termasuk investor di bidang technologi untuk mendukung percepatan pembangunan ekonomi digital Indonesia. Sebagian besar sudah menyatakan komitmen tertulis. Bahkan investor Korea ada yang sudah sempat mau kasih semacam uang muka sebesar 5 miliar dolar untuk proyek listrik di Palu. Tetulisnya sudah saya tunjukkan kepada Presiden Jokowi dan beliau mengamini. Tapi belum sempat dicairkan sudah terjadi bencana tsunami di Palu.
Jadi, intinya Anda siap membantu Presiden Jokowi sebagai Menteri Investasi? Karena Anda mendesak, maka saya jawab. Bukan hanya siap jadi Menteri Investasi. Saya siap memimpin Kementerian Investasi dan berlari bersama Presiden Jokowi untuk tuntaskan Nawa Cita. Lewat penuntasan program strategis Nawa Cita itulah kita menjemput Indonesia Emas. Nawa Cita adalah pondasi Indonesia untuk lepas landas menuju Indonesia Emas. Itulah pentingnya sinergi lintas kementerian agar bisa berlari bersama Presiden Jokowi mempercepat realisasi proyek-proyek strategis negara. Dan, untuk mewujudkan Indonesia Emas tidak perlu menunggu 100 tahun kemerdekaan Indonesia atau 2045. Saya proyeksikan 2030 kita sudah bisa memasuki masa kejayaan Indonesia Emas. Syaratnya, tuntaskan program Nawa Cita Presiden Jokowi secara keseluruhan. Menteri Investasi harus fokus menuntaskan proyek-proyek strategis Nawa Cita Presiden Jokowi yang mangkrak. Selain sangat menentukan perjalanan menuju Indonesia Emas, juga agar tidak membuat kredibilitas Presiden Jokowi terganggu karena dinilai gagal memenuhi janji-janji politiknya.
Sebentar, saya konfirmasi. Anda katakan proyek strategis Nawa Cita Presiden Jokowi ada yang mangkrak? Contohnya?
Ya, itu fakta. Contohnya, tol laut. Itu janji politik Pak Jokowi yang disampaikan setelah resmi dilantik sebagai Presiden pada 2014. Pak Jokowi sampaikan pidato politik, bahwa sudah seratus tahun lebih Indonesia memunggungi laut. Kekayaan terbesar Indonesia ada di laut karena dua pertiga Indonesia adalah lautan. Sayangnya kementerian-kementerian terkait sejauh ini belum berhasil mewujudkan program tol laut yang menjadi Nawa Cita Presiden Jokowi. Ini sangat penting untuk memaksimalkan potensi ekonomi kelautan kita karena kekayaan terbesar negeri kita berada di laut.
Kebijakan strategis Anda jika diangkat sebagai Menteri Investasi?
Langkah kerja yang sangat mendesak, pertama, adalah segera carikan solusi pendanaan proyek infrastruktur prioritas Presiden Jokowi yang terkendala setelah terdampak wabah Covid-19. Kedua kita perlu memaksimalkan investasi kepada pengembangan UMKM dan meningkatkan volume produksi dalam negeri untuk menggenjot nilai ekspor. Dua hal ini selalu ditekankan Presiden Jokowi. Bersamaan itu juga kita upayakan pendanaan untuk tol laut yang harus segera dirintis untuk menjadi fondasi kokoh pembangunan ekonomi Indonesia masa depan. Indonesia akan maju pesat jika berhasil mengoptimalkan potensi kelautan. Semua ini membutuhkan sinergitas lintas kementerian. Semuanya memerlukan investasi besar berbunga murah agar tidak menjadi hutang yang membebani negara.
Strategi Anda untuk mengurangi hutang Indonesia?
Tiga bank dari Cina siap membantu Indonesia mengurangi ketergantungan pada hutang dolar yang membebani negara. Termasuk China Construction Bank. (CCB) siap mendanai infrastruktur Indonesia. Kalau saya minta 5700 triliun pun untuk kebutuhan investasi infrastruktur Indonesia mereka sanggup. Ini untuk mengurangi utang, melancarkan pembangunan, dengan meng-convert penggunaan dolar ke yuan yang berbunga murah. Sehingga kita bisa mempercepat pelunasan hutang negara. Ada banyak jalan mengurangi hutang kita. Itu hanya salahsatunya. [SenayanPost]